The Role of Good Work Environment in Increasing Work Motivation and Employees' Performance - Peranan Lingkungan Kerja yang Baik dalam Meningkatkan Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan
Peranan Lingkungan Kerja yang Baik dalam
Meningkatkan Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan
by:
Novi
Irfania
Program Studi D3 Administrasi Bisnis
Politeknik Negeri Bandung
Email : noviirf08@gmail.com
ABSTRACT
A successful
company is a company that can achieve its main goals. The existence of good
human resources is one of the ways to achieve this goal. To make this happen,
it is necessary to encourage employees’ performance to be improved. A good and
conducive work environment will encourage work motivation and employees’
performance. The aim of this research is to examine and explain the role of a
good work environment in increasing work motivation and employees’ performance.
This research was conducted by searching, reading, and processing data and
information obtained from books, research reports, and journals that could
support this paper. Based on the research, it is proven that there is an
important role of a good environment in increasing work motivation and
employees’ performance. Providing a good physical and non-physical work
environment will create comfort and peace for employees’ activities. Feeling
happy, comfortable, and at ease make employees enjoying their job and
increasing work motivation. With the existence of a conducive work environment,
it can provide satisfaction to the employees’ needs so that performance also
increases.
Keywords : work
environment, work
motivation, employees’ performance.
ABSTRAK
Sebuah perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mencapai tujuan
utamanya. Keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi salah satu
cara dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan
adanya dorongan agar kinerja karyawan dapat ditingkatkan. Salah satu upaya
untuk mendorong motivasi kerja dan kinerja karyawan adalah dengan menerapkan
lingkungan kerja yang baik dan kondusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan
menjelaskan peranan lingkungan kerja yang baik dalam meningkatkan motivasi
kerja dan kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari,
membaca, dan mengolah data dan informasi yang didapat dari buku, laporan
penelitian, dan jurnal yang dapat mendukung penulisan karya tulis ini. Berdasarkan
hasil penelitian, didapatkan bahwa adanya
peranan penting dari lingkungan kerja yang baik dalam meningkatkan motivasi kerja dan kinerja
karyawan. Penyediaan lingkungan kerja fisik maupun non fisik yang baik dapat menumbuhkan kenyamanan dan
ketenteraman bagi kegiatan karyawan. Rasa senang, nyaman, dan tenteram membuat karyawan lebih menikmati
setiap pekerjaannya sehingga mendorong peningkatan motivasi kerja. Dengan
adanya lingkungan kerja yang kondusif,
dapat memberikan kepuasan akan kebutuhan karyawan sehingga kinerja pun ikut
meningkat.
Kata kunci : lingkungan kerja,
motivasi kerja, kinerja karyawan.
1. PENDAHULUAN
Salah satu parameter kesuksesan dan
keberhasilan dari suatu perusahaan adalah tercapainya tujuan perusahaan.
Komponen dan sistem yang baik sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan
perusahaan, tentu dibutuhkan agar seluruh kegiatan perusahaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Salah satu komponen perusahaan yang paling mencolok
keberadaannya adalah sumber daya manusia. Menurut Riyanto et al. (2017: 342), salah satu komponen terpenting bagi suatu perusahaan adalah sumber
daya manusianya karena berperan sebagai pengendali kegiatan perusahaan.
Perusahaan harus bisa memaksimalkan potensi dari sumber daya manusianya agar
kinerja karyawan meningkat dan produktivitas perusahaan pun ikut meningkat.
Dalam upaya memaksimalkan potensi karyawan sehingga kinerja karyawan dapat
meningkat, perusahaan harus bisa memberikan dorongan, di antaranya melalui
pemberian motivasi kepada para karyawan. Menurut Hasibuan (2013: 143), motivasi
adalah daya penggerak yang memacu timbulnya gairah kerja seseorang untuk
bekerja sama, bekerja secara efektif, dan terintegrasi dengan segala usaha
dalam meraih kepuasan.
Motivasi berperan penting bagi karyawan dalam pelaksanaan kegiatan
perusahaan. Jika motivasi karyawan tidak dipenuhi dengan baik, maka akan
berdampak buruk terhadap kinerja karyawan dan menyebabkan menurunnya
produktivitas perusahaan. Karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja tidak
akan bisa berkontribusi dengan maksimal untuk perusahaan (Berliana, 2001: 1). Ada banyak faktor yang berperan sebagai pendorong karyawan untuk
bekerja dengan optimal. Anoraga dalam Rayka (2014) memaparkan bahwa motivasi
kerja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gaji dan atau insentif,
kepuasan diri, status atau promosi, penghargaan dari karyawan sejawat, atasan,
dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang didapat dari dalam
(intern) maupun luar (ekstern). Lingkungan kerja sebagai salah satu faktor luar
berperan terhadap tingkat motivasi karyawan. Maka dari itu, semua pihak yang
bertanggung jawab terhadap upaya menyukseskan perusahaan perlu memperhatikan aspek-aspek
lingkungan kerja sebagai upaya pemenuhan motivasi kerja karyawan untuk
mengerakkan, mengarahkan dan mengoptimalkan potensi karyawan sehingga kinerja
karyawan dapat dimaksimalkan.
Kondisi lingkungan kerja yang baik dan kondusif dapat meningkatkan gairah kerja
karyawan karena timbulnya rasa nyaman terhadap suasana yang mendukung
kelancaran pekerjaan. Menurut survei perusahaan teknologi, Mercer, pada 2019
tingkat turnover di industri jasa keuangan mengalami peningkatan. Pada
tahun 2018 tingkat turnover di industri jasa keuangan adalah sebesar 8%,
sedangkan pada 2019 meningkat menjadi 14%. Berdasarkan Mercer Asia Pulse Survei
1H 2019 dan 2019 Global Talent Trends Study, hal yang menjadi terdapat beragam
alasan utama yang mendasari pengunduran diri para karyawan di Asia. Di
antaranya adalah faktor gaji, hubungan karyawan secara vertikal, serta tidak
adanya career path dan kejelasan jaminan.
Pada studi yang dilakukan oleh Moh. Mujib Khoiri (2013) terhadap pustakawan
di Universitas Negeri Yogyakarta, didapati bahwa para pustakawan terlihat lesu
bahkan tertidur di jam kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
motivasi kerja pada pustakawan di Universitas Negeri Yogyakarta. Setelah
dilakukan penelitian, ditemukan bahwa penyebab dari penurunan motivasi
pustakawan Universitas Negeri Yogyakarta adalah kondisi lingkungan kerja dan
kejenuhan akan rutinitas yang dijalani pada hari kerja. Akibat dari penurunan
motivasi kerja ini pun berimbas pada menurunnya kinerja dari pustakawan. Pada
kasus tersebut, dapat diketahui betapa pentingnya peranan lingkungan kerja bagi
motivasi dan kinerja pustakawan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis
merumuskan masalah yaitu, “Bagaimana peranan lingkungan kerja dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan?”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan lingkungan kerja
dalam meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan.
2. KAJIAN LITERATUR
2.1. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan salah
satu aspek penentu kinerja karyawan. Menurut Sedarmayanti (2013: 23), lingkungan kerja merupakan suatu tempat yang memfasilitasi orang-orang yang terkait dengan peralatan yang menunjang kegiatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Gitosudarmo (2000: 151) menyatakan
lingkungan kerja adalah segala hal yang berada di sekitar pekerja yang berperan
penting dalam pelaksanaan kerja karyawan, meliputi penataan penerangan, peninjauan
kebisingan, pengaturan kebersihan tempat kerja, dan pengaturan keamanan tempat
kerja. Sedangkan menurut Mangkunegara (2013: 105), lingkungan kerja adalah seluruh aspek fisik dan psikologis kerja,
serta peraturan kerja yang berperan dalam kepuasan kerja dan pencapaian
produktivitas.
Lingkungan kerja secara langsung dapat memiliki peranan bagi sisi
psikologis karyawan. Kinerja karyawan dapat optimal saat karyawan merasa aman
dan nyaman di tempat kerjanya yaitu dengan mewujudkan lingkungan kerja yang
kondusif. Heizer dan Render (2015: 467) menyatakan bahwa lingkungan kerja memiliki peran penting bagi kinerja,
keselamatan, dan kualitas kehidupan pekerjaan para karyawan.
Sedarmayanti dalam Lumbaturoan (2014: 734) menggolongkan lingkungan kerja menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
1.
Lingkungan Kerja
Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah segala bagian dari keadaan fisik yang ada di
tempat kerja dan dapat berperan dalam pelaksanaan kerja karyawan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik dibedakan
ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:
a. Lingkungan kerja yang berkenaan secara langsung dengan kegiatan karyawan
seperti ruang kerja utama, peralatan kerja, kursi, meja, dan sebagainya.
b. Lingkungan penghubung atau lingkungan umum.
2.
Lingkungan Kerja Non
Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah seluruh aspek dan keadaan psikologis yang
terjadi di tempat kerja menyangkut hubungan atau komunikasi dalam bekerja, baik
hubungan secara vertikal maupun horizontal.
2.1.1 Faktor
Lingkungan Kerja
Ada beberapa faktor dari lingkungan
kerja fisik yaitu kebersihan, penerangan, sirkulasi udara, suhu udara,
kelembaban dan kebisingan. Sedangkan faktor yang memengaruhi lingkungan kerja
non fisik adalah hubungan kerja karyawan secara vertikal dan horizontal
(Robbins, 2002: 36); (Sedarmayanti, 2013).
1. Kebersihan
Lingkungan kerja yang bersih akan menjadikan keadaan di sekitarnya menjadi
sehat dan rapi. Keadaan ini akan menimbulkan rasa nyaman bagi setiap karyawan
yang bekerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus selalu menjaga dan
memperhatikan kebersihan dari lingkungan kerjanya. Lingkungan yang bersih membentuk
rasa nyaman dan senang dari karyawan sehingga performa karyawan akan meningkat.
2. Penerangan atau Pencahayaan
Penerangan mempunyai peran penting dalam keselamatan dan kelancaran kerja
karyawan. Oleh karena itu, suatu perusahaan perlu memperhatikan agar selalu
menerapkan penerangan yang baik. Penggunaan cahaya yang terlalu terang ataupun
kurang terang memaksa mata bekerja dengan susah payah sehingga penglihatan jadi tidak nyaman. Hal ini dapat menghambat pekerjaan
dan memperbesar risiko terjadinya kesalahan bekerja sehingga menyebabkan
menurunnya efisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan dan tujuan perusahaan pun
sulit dicapai. Secara umum, terdapat 4 (empat)
macam cahaya, yaitu:
a. Cahaya langsung
b. Cahaya setengah langsung
c. Cahaya tidak langsung
d. Cahaya setengah tidak langsung
3. Sirkulasi Udara
Oksigen yang didapat dari udara dibutuhkan manusia sebagai komponen utama dalam proses respirasi. Oksigen juga dibutuhkan sebagai
penghasil energi. Udara yang bersih kaya akan oksigen dan menghirup udara
bersih dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh sehingga manusia dapat
beraktivitas dengan lebih prima. Dengan adanya sirkulasi udara yang baik, akan
tercipta ketersediaan udara bersih yang rendah polusi dengan maksud menyediakan
lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan.
4. Suhu Udara
Suhu memiliki peran besar bagi kenyamanan lingkungan kerja karena tubuh
manusia akan menyesuaikan dengan perubahan suhu. Maka dari itu, temperatur atau
suhu udara di tempat kerja harus diperhatikan dan disesuaikan.
5. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah jumlah air yang terkandung dalam udara dan biasa
dinyatakan dalam bentuk persentase. Kelembaban berkaitan dan dipengaruhi oleh
temperatur atau suhu udara, dan keadaan tubuh manusia bisa diubah oleh hubungan
yang terjadi secara sekaligus antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara
bergerak, dan pancaran panas dari udara saat kalor diterima atau dilepaskan
dari tubuhnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
1077/Menkes/PER/V/2011, tingkat kelembaban ideal suatu ruangan adalah sebesar
40%-60% Rh.
6. Tingkat Kebisingan
Bunyi-bunyian yang timbul di lingkungan kerja tentu akan mengganggu kinerja
karyawan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002, kebisingan adalah bunyi yang terjadi tanpa disengaja
sehingga mengganggu
atau mengancam kesehatan. Lingkungan kerja diharapkan dapat terhindar dari kebisingan
yang ditimbulkan dari dalam lingkungan maupun dari luar untuk menjaga
kenyamanan dan kesehatan karyawan. Dalam peraturan tersebut, nilai ambang batas
kebisingan bagi pekerja yang bekerja delapan jam adalah sebesar 85 dB.
7. Hubungan Karyawan secara Vertikal
Perilaku atasan terhadap bawahan mempunyai peranan yang besar bagi karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya. Perilaku bersahabat, saling menghormati dan
menghargai satu sama lain diperlukan untuk meraih tujuan perusahaan. Perilaku
bersahabat yang dibentuk atasan akan membuat karyawan lebih demen untuk bekerja
dan dapat memacu gairah kerja bagi karyawan (Nitisemito, 2008: 171-173)
8. Hubungan Karyawan secara Horizontal
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, maka hubungan kerja antar
karyawan harus terjalin dengan baik. Adanya konflik antar karyawan dapat mengeruhkan
suasana kerja sehingga semangat kerja pun jadi menurun. Hubungan kerja yang
terjalin baik antar karyawan dapat meningkatkan gairah kerja karyawan karena
pada pelaksanaan kegiatan kerja mereka saling bekerja sama dan saling membantu
satu sama lain (Nitisemito, 2008: 171-173).
2.1.2 Manfaat
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja diatur sedemikian
rupa agar dapat memberikan berbagai manfaat bagi sumber daya manusia yang ada
di dalamnya. Schuler dan Jackson (1999: 224) menyatakan beberapa manfaat dari lingkungan kerja yang baik yaitu
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan dan kualitas karyawan
2. Mengurangi beban biaya kesehatan dan asuransi
3. Mengurangi kompensasi dan penggajian karena tingkat klaim berkurang
4. Meningkatkan citra perusahaan sehingga rasio seleksi karyawan lebih baik
5. Meningkatkan kontribusi dan rasa memiliki karyawan
6. Meningkatkan keluwesan dan pembiasaan diri para karyawan
7. Meningkatkan produktivitas perusahaan
8. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja
2.2. Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata “movere” yang
berarti dorongan atau menggerakkan. Peran motivasi bagi kinerja karyawan amat besar karena motivasi merupakan pendongkrak atau pemacu karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Mathis dan Jackson (2006: 157), motivasi kerja merupakan keinginan dalam diri seseorang yang
mengakibatkan orang tersebut melakukan perbuatan. Karyawan melakukan suatu
perbuatan yaitu melaksanakan perkerjaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh
karena itu, motivasi kerja merupakan pemacu yang dapat menggerakkan seseorang
pada sebuah tujuan dan hal tersebut jarang timbul dengan sia-sia.
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang
dapat menggugah kemauan individu untuk melakukan tindakan-tindakan sehingga
tercapai suatu tujuan (Reksohadiprodjo, 2000: 252). Setiap individu pasti
memiliki motivasi yang berbeda dan sering berubah-ubah sehingga perbuatan yang
dilakukan oleh tiap-tiap individu dalam mencapai tujuannya pun berbeda (Edi
Sutrisno, 2011: 115).
Motivasi kerja merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan kinerja dan merupakan salah satu upaya dari perusahaan untuk
mendorong prestasi kerja. Motivasi memiliki hubungan dengan kadar usaha yang
diupayakan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Hasibuan dalam Moh. Mujib
Khoiri (2013) menjelaskan mengenai teori dua faktor, bahwa para karyawan
menjalankan pekerjaannya karena disebabkan oleh dua faktor yang merupakan
kebutuhan karyawan, yaitu:
1.
Faktor-faktor Pemeliharaan
2.
Faktor-faktor Motivasi
2.2.1 Tujuan Motivasi Kerja
Selain sebagai cara untuk meningkatkan semangat
kerja, pemberian motivasi kepada karyawan memiliki tujuan lain. Menurut
Hasibuan (2006: 146), motivasi kerja diberikan dengan tujuan
antara lain sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan etika kerja dan kepuasan kerja karyawan.
2.
Mencapai kinerja karyawan yang optimal.
3.
Meningkatkan kepatuhan karyawan.
4.
Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan.
5.
Meningkatkan komitmen, daya cipta, dan kontribusi karyawan.
6.
Mempererat hubungan antar karyawan.
7.
Meningkatkan ketenteraman karyawan.
Sedangkan menurut Gouzali Saydam dalam Moh. Mujib
Khoiri (2013), tujuan motivasi adalah sebagai berikut:
1.
Mengarahkan Tindakan karyawan sesuai dengan keinginan dan tujuan
perusahaan.
2.
Memacu hasrat dan semangat kerja.
3.
Meningkatkan etos kerja.
4.
Meningkatkan etika kerja.
5.
Meningkatkan kinerja dan daya guna.
6.
Membangun kesetiaan karyawan terhadap perusahaan.
7.
Meningkatkan kompetensi kerja.
2.2.2 Metode Motivasi
Metode motivasi merupakan cara yang dilakukan
untuk mendorong gairah seseorang untuk melakukan suatu hal yang diinginkan.
Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 101), metode motivasi yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
1.
Teknik Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan karyawan adalah hal dasar
yang dapat dilakukan oleh organisasi/perusahaan sebagai upaya meningkatkan
motivasi kerja karyawan. Perusahaan harus dapat menyediakan segala hal yang
diperlukan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya dan harus memastikan bahwa
kebutuhan karyawan telah terpenuhi dengan maksimal
2.
Teknik Komunikasi Persuasif
Teknik komunikasi persuasif adalah sebuah teknik
yang digunakan dalam mendorong motivasi karyawan dengan cara yang dirumuskan
sebagai “AIDDAS”, yaitu “A” untuk “Attention” atau perhatian, “I” untuk
“Interest”, “D” untuk “Desire” atau hasrat, “D” untuk “Decision”,
“A” untuk “Action” atau perbuatan, dan “S” untuk “Satisfaction”
atau kepuasan.
2.2.3 Indikator Motivasi Kerja
Motivasi kerja yang
dimiliki oleh karyawan dapat terlihat melalui indikator tertentu. B. Siswanto
Sastrohadiwiryo (2005: 268-270) menyatakan bahwa indikator motivasi
kerja dapat dilihat dari komponen penggerak motivasi, yaitu:
1.
Kinerja (Performance)
Keinginan yang kuat dari seseorang untuk
menampakkan prestasi kerja dapat mendorong pencapaian tujuan.
2.
Penghargaan (Achievment)
Pengakuan atas suatu kinerja yang telah dicapai
dalam bentuk penghargaan kepada seseorang dapat merangsang motivasi.
3.
Tantangan (Challenge)
Keberadaan tantangan yang harus dihadapi dapat
memacu manusia untuk mengatasinya.
4.
Tanggung Jawab (Responsibility)
Rasa tanggung jawab akan menimbulkan kewajiban
untuk memikul suatu hal.
5.
Pengembangan (Develompment)
Seseorang yang merasakan adanya suatu
pengembangan terhadap kemampuannya setelah melakukan pekerjaan dapat terpacu
untuk melakukan pekerjaan tersebut lebih giat.
6.
Keterlibatan (Involvement)
Adanya keterlibatan seseorang terhadap suatu
keputusan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dapat menimbulkan motivasi karyawan
untuk bekerja lebih giat karena merasa suaranya didengar.
7.
Kesempatan (Opportunity)
Adanya kesempatan yang lebar dalam jenjang karir
dapat merangsang motivasi karyawan.
2.2.4 Faktor yang Memengaruhi Motivasi Kerja
Motivasi kerja yang dimiliki karyawan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Edy Sutrisno (2011: 116-120), faktor tersebut
dapat digolongkan menjadi faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar
(ekstern)
1.
Faktor dari Dalam (Intern)
a.
Keinginan untuk hidup
b.
Keinginan memiliki
c.
Keinginan mendapat penghargaan
d.
Keinginan mendapat pengakuan
e.
Keinginan memiliki kekuasaan
2.
Faktor dari Luar (Ekstern)
a.
Kondisi lingkungan kerja
b.
Adanya kompensasi yang mencukupi
c.
Atasan yang baik
d.
Jaminan pekerjaan
e.
Status dan tanggung jawab
f.
Aturan yang tegak
2.3. Kinerja Karyawan
Dalam pelaksanaan kerja oleh karyawan selalu
dihasilkan output berupa kinerja yang dapat diukur secara kualitas dan
kuantitas. Menurut Simamora dalam Rayka (2014), kinerja merupakan acuan kadar
pencapaian tugas yang merupakan pekerjaan karyawan dan mencerminkan seberapa
baik pemenuhan ketentuan pekerjaan oleh karyawan. Menurut Hariandja (2005: 169), kinerja merupakan hasil kerja karyawan atau perbuatan yang
diterapkan sesuai fungsi dan perannya dalam mengemban tanggung jawab yang telah
diberikan. Rivai dalam Rayka (2014) menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil
akhir karyawan terhadap pekerjaannya pada jangka waktu tertentu yang dinilai
secara menyeluruh berdasarkan standar kerja, target maupun kriteria yang telah
ditetapkan dan disetujui bersama.
Kinerja karyawan dapat
dinilai melalui indikator-indikator seperti kualitas kerja, kuantitas atau
jumlah pencapaian pada target yang ditetapkan, tugas yang diselesaikan,
tanggung jawab atas pekerjaan yang diterima, dan seperti apa karyawan
memperlakukan dirinya sendiri. Reksohadiprodjo (2000: 151) menjelaskan bahwa lingkungan kerja yang buruk
akan mengganggu jalannya kegiatan karyawan dan mengalihkan perhatian karyawan
terhadap tugas-tugasnya sehingga membuat kinerjanya menurun.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut,
terdapat simpulan bahwa kinerja adalah hasil pencapaian kerja karyawan terhadap
tanggung jawab yang dimiliki pada waktu tertentu sebagai cara dan upaya
mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan standar maupun tolak ukur yang telah
ditetapkan dan disetujui bersama.
2.3.1 Indikator
Kinerja Karyawan
Bernadin dan Russel dalam Sutrisno (2010)
memaparkan bahwa indikator pengukur kinerja terbagi menjadi 6 (enam), yaitu:
1.
Quality
Quality atau kualitas merupakan tingkat kesesuaian mutu
dari suatu hasil maupun proses terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan
perusahaan
2.
Quantity
Quantity atau kuantitas merupakan kapasitas atau besaran
dari hasil kegiatan yang telah dilakukan
3.
Cost Effectiveness
Cost effectiveness merupakan tingkat rasio dari sumber daya
perusahaan yang digunakan terhadap hasil yang didapat melalui tindakan-tindakan
yang telah diterapkan.
4.
Need for Supervision
Need for Supervision atau kebutuhan atas pengawasan merupakan tingkat
keutuhan karyawan terhadap keberadaan supervisor untuk melakukan pengawasan terhadap
berlangsungnya pekerjaan.
2.3.2 Faktor yang
Memengaruhi Kinerja Karyawan
Hasil kerja yang optimal dari karyawan tentu
dipengaruhi oleh faktor-faktor. Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005), terdapat
3 (tiga) faktor yang dapat memengaruhi kinerja karyawan, yaitu:
1.
Faktor Individu
Faktor individu adalah faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang yang meliputi kompetensi maupun penguasaan dalam melakukan
pekerjaan. Faktor individu ini dibagi menjadi dua macam yaitu kemampuan dan
motivasi.
2.
Faktor Organisasi/Perusahaan
Untuk menunjang kinerja karyawan, pihak yang
bertanggung jawab harus menyediakan dukungan bagi kelancaran pekerjaan karyawan
yang dapat berupa fisik maupun non fisik.
3.
Faktor Manajemen
Kompetensi para manajemen di bidang manajerial
berperan dalam meningkatkan kemampuan karyawan. Semakin baik kemampuan seorang
manajemen, maka peluang karyawan untuk berkembang lebih besar.
3. METODOLOGI
Karya tulis ini disusun dengan menggunakan metode studi pustaka atau library research. Metode pengumpulan data pustaka ini
dilakukan dengan cara mencari, membaca, dan mengolah data dan informasi yang
didapat dari buku, laporan penelitian, dan jurnal yang dapat mendukung
penulisan karya tulis ini.
4. PEMBAHASAN
4.1. Pentingnya Lingkungan Kerja
yang Baik dalam
Meningkatkan Motivasi Kerja
Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang dapat memenuhi
segala kebutuhan karyawan baik secara fisik maupun psikis. Sedarmayanti dalam
Lumbaturoan (2014: 734) menggolongkan lingkungan kerja menjadi 2 (dua) jenis, yaitu lingkungan
kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Sedangkan motivasi kerja merupakan
dorongan yang muncul dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern) yang dapat memacu hasrat
untuk melakukan hal dalam pencapaian tujuan.
Berdasarkan studi Rayka (2014) terhadap karyawan PT AXA Financial Indonesia
Cabang Malang, didapatkan hasil bahwa kondisi lingkungan kerja fisik maupun non
fisik PT AXA Financial Indonesia Cabang Malang bersih dan terjaga sehingga
meningkatkan motivasi kerja karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini
sesuai dengan penjelasan dari Edy Sutrisno (2011: 116-120) bahwa lingkungan kerja yang optimal pasti akan memotivasi karyawan
untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
Lingkungan kerja fisik maupun non fisik berperan dalam memastikan
kenyamanan dan keamanan karyawan pada saat bekerja. Kebersihan lingkungan dan
kondisi sirkulasi udara yang baik menciptakan lingkungan yang sehat sehingga
kesehatan para karyawan pun terjaga. Suhu udara dan tingkat kelembaban yang
selalu diperhatikan membuat karyawan betah untuk berlama-lama di tempat kerja
dan menikmati kegiatan serta pekerjaannya. Adanya pengontrolan kebisingan pun
membuat karyawan tetap fokus pada pekerjaan dan tidak mudah terganggu oleh
hal-hal lain sehingga karyawan merasa puas dengan lingkungan kerjanya dan lebih termotivasi untuk menyelesaikan
pekerjaannya secara optimal. Siagian (2008:106) pun berpendapat sama, bahwa
kondisi lingkungan kerja yang baik khususnya dari segi fisik dapat menimbulkan
motivasi kerja karyawan.
Penelitian lain dilakukan oleh Noor (2014), yang mengindikasikan bahwa
lingkungan kerja memberi dampak positif pada tingkat motivasi kerja Satuan
Kerja Unit Pelaksana Penimbangan (Jembatan Timbang) Dinas Perhubungan dan LLAJ
Jawa Timur dengan nilai positif. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Heni Ingsiyah et al. (2018) ditemukan bahwa
terdapat peranan yang penting dari lingkungan kerja fisik dan non fisik dalam
tingkatan motivasi karyawan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PDD Jateng. Selain
itu, didapati bahwa lingkungan kerja non fisik memiliki peranan lebih besar
dalam meningkatkan motivasi karyawan. Kedua penelitian tersebut sesuai dengan
pemaparan Edy Sutrisno (2011: 116-120) bahwa lingkungan kerja dapat memacu hasrat untuk bekerja atau
motivasi kerja karyawan. Hubungan kerja vertikal dan horizontal yang terjalin
dengan harmonis mendorong karyawan untuk lebih mengekspos diri dan lebih
terbuka untuk bergaul dengan rekan kerja. Dengan adanya hubungan yang baik,
karyawan akan merasa tenteram dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dari seluruh penelitian tersebut
kita dapat menyimpulkan bahwa penerapan lingkungan kerja yang baik oleh setiap
organisasi dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan karena dapat berdampak
pada sisi fisik maupun psikis dari karyawan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Maka setiap orang yang bertanggung jawab atas hal tersebut diharapkan
dapat memenuhi setiap kebutuhan karyawan sebagai upaya memberikan lingkungan
yang baik bagi karyawan. Dengan adanya lingkungan karyawan yang baik, maka
motivasi kerja karyawan pun akan meningkat.
4.2. Pentingnya Lingkungan Kerja yang Baik dalam Meningkatkan Kinerja
Karyawan
Lingkungan kerja yang baik dapat mewadahi
hubungan antara karyawan dengan kinerjanya. Kinerja merupakan hasil pencapaian
karyawan terhadap tugas yang diberikan. Perusahaan perlu menciptakan lingkungan
kerja yang baik dan kondusif untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan karyawan.
Segala kebutuhan yang diperlukan oleh karyawan dalam kegiatan organisasi harus
dipenuhi sehingga pekerjaan dapat terselesaikan secara efektif dan efisien
sehingga kinerja karyawan dapat meningkat.
Berdasarkan studi Rayka
(2014) terhadap karyawan PT
AXA Financial Indonesia Cabang Malang, didapatkan adanya peran dari lingkungan
kerja dalam kinerja karyawan. Lingkungan kerja PT AXA Financial Indonesia
Cabang Malang yang baik dan kondusif memberikan kenyamanan bagi para karyawan.
Rasa nyaman tersebut membuat karyawan lebih menikmati setiap pekerjaan yang
diberikan. Hal ini memacu karyawan menjadi lebih tekun, teliti, dan bersemangat
dalam bekerja. Hasil dari penelitian tersebut sejalan dengan pendapat
Simanjuntak (2005) bahwa lingkungan kerja sebagai sarana pendukung aktivitas
organisasi memiliki peran terhadap kinerja karyawan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Rizky et al. (2018) terhadap karyawan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Jember, didapatkan simpulan bahwa lingkungan kerja memiliki peran positif
terhadap kinerja karyawan, sehingga semakin baik lingkungan kerja yang
diciptakan maka semakin baik pula kinerja karyawan. Namun, terdapat beberapa
hambatan yang dikeluhkan oleh para karyawan mengenai penataan ruangan kerja
yang dinilai terlalu sempit. Hal ini tentu akan menyebabkan menurunnya kinerja
dari karyawan tersebut. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Reksohadiprodjo
(2000: 151) bahwa lingkungan kerja yang buruk akan mengganggu jalannya kegiatan
karyawan dan mengalihkan perhatian karyawan terhadap tugas-tugasnya sehingga
membuat kinerjanya menurun.
Dengan demikian, setiap perangkat
yang memiliki tanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan karyawan dan penyediaan
lingkungan kerja diharapkan selalu mengusahakan agar terciptanya lingkungan
kerja fisik yang memadai dan kondusif sehingga karyawan akan merasa nyaman
dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu, diharapkan juga agar jalinan dan
hubungan kerja secara vertikal maupun horizontal dapat berjalan dengan harmonis
sehingga tercipta kepercayaan yang berdampak positif terhadap kinerja karyawan.
Pada dasarnya karyawan hanyalah
manusia yang kebutuhan fisik dan psikisnya perlu dipenuhi. Semakin tinggi
kualitas kompetensi yang ditetapkan perusahaan terhadap kualifikasi bagi
karyawan, maka harapan akan pemenuhan kebutuhan kerjanya pun akan semakin tinggi.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik, akan menjadi suatu upaya untuk
memacu karyawan untuk meningkatkan
kompetensi sehingga kinerja pun dapat meningkat. Ketika karyawan menganggap
lingkungan kerja sebagai sarana yang tepat untuk melaksanakan tugas mereka,
maka mereka akan merasa senang untuk menyelesaikan setiap tugas yang mereka
dapatkan secara efektif dan efisien.
5. KESIMPULAN
Setiap organisasi/perusahaan memiliki tujuan yang harus dicapai sebagai
tolak ukur keberhasilan. Keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas
menjadi salah satu cara dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diperlukan adanya dorongan agar kinerja karyawan dapat ditingkatkan.
Salah satu upaya untuk mendorong motivasi kerja dan kinerja karyawan adalah
dengan menerapkan lingkungan kerja yang baik dan kondusif.
Setiap perusahaan berkewajiban menyediakan lingkungan kerja yang baik dan
kondusif agar seluruh aktivitas perusahaan dapat dijalankan secara efektif dan
efisien. Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang dapat memenuhi
segala kebutuhan karyawan baik secara fisik maupun psikis. Lingkungan kerja
yang baik memiliki peran penting dalam meningkatkan motivasi kerja. Kondisi
lingkungan kerja yang terpelihara dengan baik dapat memotivasi karyawan untuk
bekerja dan menyelesaikan pekerjaan mereka karena kebutuhan untuk mengekspos
diri, kebutuhan untuk menjalin hubungan, dan kebutuhan untuk berkembang
dipenuhi. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan rasa nyaman sehingga
karyawan merasa senang dan motivasi kerja akan meningkat.
Lingkungan kerja yang baik dapat mewadahi
hubungan antara karyawan dengan kinerjanya. Lingkungan kerja yang baik memiliki peran penting dalam meningkatkan
kinerja karyawan. Kenyamanan yang dirasakan karyawan dapat membantu karyawan
agar tetap fokus pada pekerjaan yang diberikan. Lingkungan kerja yang kondusif
dapat membantu mengurangi tingkat
kejenuhan dan kelelahan karyawan sehingga kinerja karyawan pun akan meningkat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan telah dibuktikan bahwa
lingkungan kerja yang baik memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan motivasi
kerja dan kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, Setyo, Adi Sutrisno, and Hapzi Ali. (2017) ‘The Impact of Working Motivation and Working Environment on Employees Performance in Indonesia Stock Exchange. International Review of Management and Marketing (IRMM). Vol. 7, pp. 342.
Hasibuan, M. (2013). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu S.P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sedarmayanti. (2013).
Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika.
Mangkunegara, A. P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gitosudarmo, Indriyo, 2000. Manajemen Semberdaya Manusia. Gajahmada University Press. Yogyakarta.
Robbins, S. P.
(2002). Prinsip-Prinsip Perilaku Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Nitisemito, A.S.
2008. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mathis, L. R. dan J.H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku 2. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Reksohadiprodjo,
Sukanto. 2000. Manajemen Produksi. Edisi keempat. BPFE. Yogyakarta.
Rayka, 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap
Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada
Karyawan PT AXA Financial Indonesia Cabang Malang). Universitas Brawijaya.
Putri, C.A, (2019) ‘Studi: Gaji Karyawan Indonesia di 2020 Bakal Naik 8,7%’, [Online]. Available at: https://www.cnbcindonesia.com/news/20191226135906-4-125732/studi-gaji-karyawan-indonesia-di-2020bakal-naik-87
Sutrisno,
Edy. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kecana Predana
Media Grup.
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Lumbanturoan, Agustina. 2014. Pengaruh Lingkungan
Kerja Fisik Dan Lingkungan Kerja Non Fisik
di PT Indonesia Telemedia Regional Office Jawa Barat. Universitas Telkom.
Schuler, Randal S. dan Jackson, Susan E. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia, Menghadapi abad ke-21. Edisi keenam jilid 2 (Alih bahsa: Abdul Rosid dan Peter Remy Yosy Pasla). Jakarta: Erlangga.
Hariandja, Marhot Tua Effendi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ingsiyah, Heni, Putut Haribowo, dan Isnaini Nurkhayati. 2018. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, Pusri Pemasaran Daerah (PDD) Jawa Tengah. Politeknik Negeri Semarang.
Simanjuntak, Panyaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Khoiri, Moh. Mujib. 2013. Pengaruh Lingkungan terhadap Motivasi Kerja Pegawai Perpustakaa di Universitas Negeri Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar