Define Your Goals
Aku mau tanya nih guys, kalian tahu nggak apa tujuan kalian? Apa hal yang benar-benar kalian inginkan di hidup ini? Kalau kalian udah tahu, apa kalian udah merancang sedemikian rupa cara-cara untuk merealisasikannya?
Satu hal yang perlu kalian ketahui, berjuang untuk meraih tujuan haruslah dibarengi dengan komitmen, dan komitmen ini bisa terbentuk oleh keadaan psikologis kita, keinginan kita, yaitu kebutuhan akan ketuntasan kognitif. Wahh, benar nggak nih yang aku tulis?
Sebuah penelitian terhadap kebutuhan akan ketuntasan kognitif menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kebutuhan kuat akan ketuntasan lebih mungkin berdisiplin diri dan dipandang sebagai pemimpin oleh sekelilingnya. Naluri untuk membuat penilaian dan kemudian berpegang teguh pada pada penilaian itu mencegah kebingungan dan debat yang tidak dibutuhkan. Namun, ketika orang terlalu tenggelam dalam kepuasan yang disebabkan pembuatan keputusan-keputusan besar memungkinkan mereka membuat keputusan yang tergesa-gesa dan kecil kemungkinan bagi mereka mempertimbangkan ulang pilihan yang tidak bijak. Naluri ketegasan memang bagus tapi hanya sampai batas tertentu. Orang yang tergesa-gesa dalam membuat keputusan hanya karena ingin merasakan kepuasan menyelesaikan suatu hal lebih besar kemungkinannya membuat pilihan yang salah. Para peneliti menjabarkan adanya banyak komponen dalam kebutuhan akan ketuntasan. Bila desakan akan ketuntasan terlalu kuat, kita menjadi “terpaku” pada tujuan-tujuan kita dan ingin mencapai perasaan “produktif” meskipun mengabaikan akal sehat. Ketika terlalu fokus pada pencapaian perasaan produktif, kita menjadi buta terhadap rincian-rincian yang seharusnya kita pikirkan.
Risiko ini sebenarnya bisa diatasi dengan menentukan dan menuliskan secara spesifik tujuan yang ingin kita capai. Sistem penentuan tujuan ini diawali oleh perusahaan GE, sebuah perusahaan bernilai tinggi kedua di Amerika Serikat, hanya kalah dari Exxon. Pada tahun 1980-an, sistem ini telah berevolusi menjadi sistem yang disebut tujuan SMART. Tujuan-tujuan yang dituliskan harus memenuhi kriteria yaitu spesifik, mudah diukur, akan tercapai, realistis, dan terencana waktunya. Sekitar 400 penelitian laboratorium dan lapangan menunjukkan bahwa tujuan spesifik yang tinggi mendatangkan tingkat kinerja tugas yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang abstrak dan kurang jelas seperti ucapan penyemangat ‘menjadi lebih baik’.
Sasaran seperti tujuan-tujuan SMART memaksa orang menerjemahkan aspirasi yang kabur menjadi rencana yang nyata menyebabkan para pelaksananya mengeluarkan potensi yang bahkan tidak mereka sadari. Proses menjadikan tujuan spesifik dan membuktikan bahwa tujuan ini bisa tercapai bergantung pada langkah-langkah yang dibutuhkan atau mengubah sedikit tujuan itu bila ternyata sasaran awal kita tidak realistis. Menetapkan batas waktu dan mengukur keberhasilan memaksakan kita berdisiplin pada proses yang tidak hanya membutuhkan niat baik.
Namun ternyata, hanya sekadar menetapkan tujuan SMART tidak cukup memberikan manfaat yang maksimal jika kita terjebak pada obsesi terhadap tujuan-tujuan sepele dan terfokus pada sasaran-sasaran jangka pendek yang tidak penting, bukan pada rencana-rencana yang lebih ambisius. Hanya terfokus pada pemenuhan hal itu memang memberi kepuasan atas pencapaian suatu hal. Sistem seperti ini, walaupun bermanfaat, terkadang memicu kebutuhan akan ketuntasan dalam cara-cara yang kontraproduktif. Sasaran-sasaran seperti tujuan SMART dapat menyebabkan orang memiliki visi terowongan, berfokus lebih ke mengembangkan hasil dengan cepat. Orang-orang dengan tujuan SMART lebih mungkin menyelesaikan tugas-tugas yang paling sederhana, terobsesi dengan menyelesaikan proyek, dan terpaku pada prioritas yang telah ditentukan. Maka dari itu, diperlukan adanya tujuan yang lebih ambisius dan berani agar kita tidak hanya terfokus pada sasaran-sasaran jangka pendek. Jadi, selain harus spesifik, dapat tercapai, dan ditentukan waktunya, kita harus mengidentifikasi tujuan regang (stretch goals) –tujuan yang sedemikian ambisius sehingga orang lain tidak dapat menjabarkan, setidaknya pada awalnya, bagaimana mereka akan mencapainya.
Tujuan regang ini diusulkan oleh Jack Welch, chief executive di General Electric selepas dia mengetahui latar belakang dari ide kereta peluru cepat di Jepang. Tujuan regang Welch memulai serangkaian reaksi berantai yang merombak hampir seluruh keputusan awal dengan cara yang tak terbayangkan oleh siapapun sebelumnya. Tujuan ini memaksa orang berkomitmen pada sasaran-sasaran ambisius yang tampaknya tidak tercapai sehingga memicu lompatan besar dalam hal inovasi dan produktivitas. Tujuan regang “berperan sebagai peristiwa-peristiwa menyentak yang mengganggu rasa puas diri dan mendorong cara-cara berpikir baru,” tulis sekelompok peneliti dalam jurnal bisnis Academy of Management Relief pada 2011.
Namun, ada hal yang harus diperhatikan mengenai daya tujuan regang. Penelitian menunjukkan bahwa tujuan regang yang nekat bisa memicu inovasi. Namun juga dapat menyebabkan kepanikan dan meyakinkan orang bahwa keberhasilan adalah mustahil karena tujuannya terlampau besar. Ada garis tipis di antara ambisi yang membantu orang mencapai sesuatu yang menakjubkan dan yang menghancurkan semangat orang. Karena itu, tujuan regang harus dipasangkan dengan suatu sistem seperti sistem tujuan SMART.
Agar tujuan regang menjadi lebih dari sekadar aspirasi, kita butuh pola pikir berdisiplin yang menunjukkan bagaimana mengubah sasaran yang jauh menjadi sasaran jangka-pendek yang realistis. Memasangkan sistem SMART bersama tujuan regang membuat kita mengetahui apa yang harus dilakukan karena SMART dapat membantu memecah tujuan besar menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola dengan mudah.
Tulislah daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan dengan memasangkan tujuan-tujuan regang dan tujuan-tujuan SMART. Susunlah daftar ambisi-ambisi terbesarmu. Biarkan impianmu tinggi dan regang. Jabarkan tujuan-tujuan yang sekilas tampak mustahil, misalnya mendirikan perusahaan atau menyelesaikan lari maraton.
Yang terpenting adalah memiliki ambisi yang besar dan sistem untuk mencari tahu bagaimana menjadikan ambisi itu rencana yang konkret dan realistis. Dengan demikian, setiap kali kamu mencoret satu hal yang sudah selesai dari daftar, kamu menjadi semakin dekat dengan tujuan terpentingmu. Kamu bisa mengejar yang bijak sekaligus yang SMART. Perlu dipikirkan pula, selain memiliki ambisi-ambisi yang besar dan rencana-rencana menyeluruh, terkadang kita masih perlu melangkah keluar dari keseharian dan mempertimbangkan apakah kita telah mengarah ke tujuan yang masuk akal. Pikirkan apapun yang tampak mungkin dan pikirkan semua alternatif dalam-dalam.
Risiko ini sebenarnya bisa diatasi dengan menentukan dan menuliskan secara spesifik tujuan yang ingin kita capai. Sistem penentuan tujuan ini diawali oleh perusahaan GE, sebuah perusahaan bernilai tinggi kedua di Amerika Serikat, hanya kalah dari Exxon. Pada tahun 1980-an, sistem ini telah berevolusi menjadi sistem yang disebut tujuan SMART. Tujuan-tujuan yang dituliskan harus memenuhi kriteria yaitu spesifik, mudah diukur, akan tercapai, realistis, dan terencana waktunya. Sekitar 400 penelitian laboratorium dan lapangan menunjukkan bahwa tujuan spesifik yang tinggi mendatangkan tingkat kinerja tugas yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang abstrak dan kurang jelas seperti ucapan penyemangat ‘menjadi lebih baik’.
Sasaran seperti tujuan-tujuan SMART memaksa orang menerjemahkan aspirasi yang kabur menjadi rencana yang nyata menyebabkan para pelaksananya mengeluarkan potensi yang bahkan tidak mereka sadari. Proses menjadikan tujuan spesifik dan membuktikan bahwa tujuan ini bisa tercapai bergantung pada langkah-langkah yang dibutuhkan atau mengubah sedikit tujuan itu bila ternyata sasaran awal kita tidak realistis. Menetapkan batas waktu dan mengukur keberhasilan memaksakan kita berdisiplin pada proses yang tidak hanya membutuhkan niat baik.
Namun ternyata, hanya sekadar menetapkan tujuan SMART tidak cukup memberikan manfaat yang maksimal jika kita terjebak pada obsesi terhadap tujuan-tujuan sepele dan terfokus pada sasaran-sasaran jangka pendek yang tidak penting, bukan pada rencana-rencana yang lebih ambisius. Hanya terfokus pada pemenuhan hal itu memang memberi kepuasan atas pencapaian suatu hal. Sistem seperti ini, walaupun bermanfaat, terkadang memicu kebutuhan akan ketuntasan dalam cara-cara yang kontraproduktif. Sasaran-sasaran seperti tujuan SMART dapat menyebabkan orang memiliki visi terowongan, berfokus lebih ke mengembangkan hasil dengan cepat. Orang-orang dengan tujuan SMART lebih mungkin menyelesaikan tugas-tugas yang paling sederhana, terobsesi dengan menyelesaikan proyek, dan terpaku pada prioritas yang telah ditentukan. Maka dari itu, diperlukan adanya tujuan yang lebih ambisius dan berani agar kita tidak hanya terfokus pada sasaran-sasaran jangka pendek. Jadi, selain harus spesifik, dapat tercapai, dan ditentukan waktunya, kita harus mengidentifikasi tujuan regang (stretch goals) –tujuan yang sedemikian ambisius sehingga orang lain tidak dapat menjabarkan, setidaknya pada awalnya, bagaimana mereka akan mencapainya.
Tujuan regang ini diusulkan oleh Jack Welch, chief executive di General Electric selepas dia mengetahui latar belakang dari ide kereta peluru cepat di Jepang. Tujuan regang Welch memulai serangkaian reaksi berantai yang merombak hampir seluruh keputusan awal dengan cara yang tak terbayangkan oleh siapapun sebelumnya. Tujuan ini memaksa orang berkomitmen pada sasaran-sasaran ambisius yang tampaknya tidak tercapai sehingga memicu lompatan besar dalam hal inovasi dan produktivitas. Tujuan regang “berperan sebagai peristiwa-peristiwa menyentak yang mengganggu rasa puas diri dan mendorong cara-cara berpikir baru,” tulis sekelompok peneliti dalam jurnal bisnis Academy of Management Relief pada 2011.
Namun, ada hal yang harus diperhatikan mengenai daya tujuan regang. Penelitian menunjukkan bahwa tujuan regang yang nekat bisa memicu inovasi. Namun juga dapat menyebabkan kepanikan dan meyakinkan orang bahwa keberhasilan adalah mustahil karena tujuannya terlampau besar. Ada garis tipis di antara ambisi yang membantu orang mencapai sesuatu yang menakjubkan dan yang menghancurkan semangat orang. Karena itu, tujuan regang harus dipasangkan dengan suatu sistem seperti sistem tujuan SMART.

Agar tujuan regang menjadi lebih dari sekadar aspirasi, kita butuh pola pikir berdisiplin yang menunjukkan bagaimana mengubah sasaran yang jauh menjadi sasaran jangka-pendek yang realistis. Memasangkan sistem SMART bersama tujuan regang membuat kita mengetahui apa yang harus dilakukan karena SMART dapat membantu memecah tujuan besar menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola dengan mudah.

Yang terpenting adalah memiliki ambisi yang besar dan sistem untuk mencari tahu bagaimana menjadikan ambisi itu rencana yang konkret dan realistis. Dengan demikian, setiap kali kamu mencoret satu hal yang sudah selesai dari daftar, kamu menjadi semakin dekat dengan tujuan terpentingmu. Kamu bisa mengejar yang bijak sekaligus yang SMART. Perlu dipikirkan pula, selain memiliki ambisi-ambisi yang besar dan rencana-rencana menyeluruh, terkadang kita masih perlu melangkah keluar dari keseharian dan mempertimbangkan apakah kita telah mengarah ke tujuan yang masuk akal. Pikirkan apapun yang tampak mungkin dan pikirkan semua alternatif dalam-dalam.
Komentar
Posting Komentar