Aku Kehilangan Motivasi

Butuh dua hari nih bagi aku untuk bikin tulisan buat dipost di blog ini hehe. Sehari buat merangkum hal-hal detil yang dimuat di buku, sehari lagi bikin mindmap dan tulisan ini. Lama ya? Iya lama banget, harusnya sehari juga beres ya. Memang dasar akunya aja yang pemales, banyak alasan kalau mau mulai ngerjain, tugas inilah, itulah. Padahal memang dasarnya kurang motivasi dari dalam diri. Harus dipecut dulu baru deh gerak.

Anyway, soal motivasi inilah yang jadi topik tulisanku kali ini. Bukti bahwa motivasi dihasilkan oleh otak ini dibuktikan oleh percobaan Mauricio Delgado yang melakukan penelitian terhadap sensasi-sensasi saraf berupa kegirangan dan antisipasi, tempat motivasi bermula. Penelitiannya berupa sebuah permainan tebak nomor di komputer. Dari dua kali percobaannya, ia menyimpulkan bahwa ada "aktivitas kuat dalam nukleus kaudata hanya ketika para subjek" diizinkan menebak. Sedangkan saat komputer yang menebak untuk mereka, mereka merasa percobaan itu layaknya sebuah tugas yang membosankan. Saraf di otak kita cenderung bereaksi saat kita membuat keputusan atas kehendak kita sendiri. Well, percobaan Delgado juga menjelaskan adanya hubungan antara motivasi dan kuasa diri dalam membuat keputusan.

Lalu, motivasi itu apasih? Sumbernya darimana?
Buku-buku pengembangan diri dan manual kepemimpinan seringkali menggambarkan motivasi diri sebagai ciri statis kepribadian kita atau hasil suatu perhitungan neurologis berupa pembandingan bawah-sadar antara upaya dan ganjaran. Tapi, ilmuwan mengatakan bahwa motivasi bagaikan suatu keterampilan, mirip dengan membaca, menulis, yang bisa dipelajari dan diasah. Nah, kita bisa mengasah motivasi dengan syarat menjadi pemegang kendali atas apapun. Mengerti? Contoh mudahnya yaitu dengan cara membuat keputusan kita sendiri, seperti yang telah Dalgado jelaskan tadi. Pasti banyak di antara kita yang masih tidak yakin ingin apa, tidak tahu mau jadi apa, bahkan kebanyakan perempuan kalau ditanya mau kemana atau mau makan apa, pasti jawabannya adalah terserah wkwk. Padahal, menentukan pilihan sendiri membuat kita merasa memiliki otonomi dan determinasi diri. Selama kita merasakan kita memegang kendali, kita lebih bersedia bekerja sama. Jadi, temukanlah pilihanmu sendiri, apapun yang membuatmu merasakan punya kendali. Eitss tapi, terkadang membuat pilihan saja tidak cukup. Kadang kita butuh sesuatu yang lebih agar kita benar-benar termotivasi. Apasih sesuatu yang lebih itu?


Seorang commandant pelatihan Korps Marinir, Jendral Charles C. Krulak mempelajari berbagai penelitian mengenai bagaimana mengajarkan motivasi diri. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Korps Marinir bertahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa marinir yang paling sukses adalah yang memiliki "lokus kendali internal" yang kuat, yaitu kepercayaan bahwa mereka bisa mengubah takdir melalui pilihan-pilihan yang mereka buat. Orang-orang yang memiliki lokus kendali internal cenderung bangga atau menyalahkan diri sendiri karena keberhasilan atau kegagalan yang mereka dapat adalah hasil dari kerja keras mereka bukan malah mengatakan bahwa penyebabnya adalah hal-hal di luar kendali mereka.

Bila kita memberikan kesempatan kepada orang untuk merasakan punya kendali dan membiarkan mereka berlatih membuat keputusan, mereka bisa belajar menerapkan kekuatan kehendak. Begitu orang tahu bagaimana membuat pilihan-pilihan yang diarahkan sendiri menjadi kebiasaan, motivasi pun menjadi lebih otomatis. Terlebih lagi, guna mengajari diri sendiri untuk memotivasi diri secara lebih mudah, kita perlu belajar memandang pilihan-pilihan kita bukan sekadar ekspresi kendali, namun juga sebagai perwujudan nilai-nilai dan tujuan-tujuan kita. Bahkan sebenarnya melanggar aturan dan menentukan pilihan kita sendiri itu terkadang dapat menjadi hal yang baik. Maka bersyukurlah kalian wahai para kepala batu wkwkwkwk.

Nah setelah tahu motivasi itu apa dan cara mendapatkannya bagaimana, ngomong-ngomong soal aku yang motivasinya timbul tenggelam, ada penjelasan juga kenapa orang yang sangat ambisius menjadi orang yang pasif dan tidak peduli pada apapun. Penelitiannya bermula ketika ada seorang ahli neurologi Prancis di Marseille, Michel Habib yang mendengar kasus perubahan perilaku Robert Philippe secara drastis yang kemungkinan ada hubungannya sengan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil di dalam bagian otaknya yang dikenal sebagai striatum. Karena Habib tergelitik dan tertarik, ia kemudian membongkar arsip dan jurnal untuk menemukan kisah-kisah serupa. Dari kasus-kasus tersebut, Habib menarik kesimpulan, yakni:
1. Terjadinya perubahan mendadak dalam hal perilaku dan kepasifan;
2. Adanya pembuluh-pembuluh darah kecil yang pecah di striatum, tempat yang sama pada tengkorak kepala Robert Philippe.
Sejumlah ahli neurologi telah mengajukan bahwa disfungsi emosional adalah penyebab mengapa ada orang yang tidak merasakan motivasi. Di antara pasien-pasien Habib, cedera striatum mencegah mereka merasakan ganjaran kepuasan yang muncul dari memegang kendali. 

Kalau dari penjelasan di buku Smarter Faster Better ini, ternyata disfungsi emosional-lah yang menjadi penyebab ada orang yang tidak merasakan motivasi. Mungkin kalau kasus ringannya seperti mood swing gitu, ya? Aku juga terkadang saat mood kurang baik, rasanya malas buat melakukan apapun, inginnya bobo cantik aja. Apalagi saat datang bulan, duh... 
Yah, setelah mengetahui penjelasan dari 'motivasi' ini, aku jadi tahu kalau motivasi itu bisa turun dan memang harus dicharge. Kalau kata Pak Sri sih sama layaknya kekuatan tekad yang bisa terkuras dan harus diperoleh kembali. Intinya, jangan pernah menyerah terhadap sesuatu saat kamu mendapati bahwa motivasi kamu nol. Nyatanya kita dapat memperoleh kembali motivasi kita dengan cara mengasahnya layaknya membaca atau menulis.




Komentar

Popular Posts

Aku jadi MABA di 2019 masuk Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) jalur UMPN | I Found A New Way

Distraction, I can't handle my self

Review Film Hotaru No Haka - Novi Irfania