Apendiks
Kemarin temanku bercerita bahwa kuliah daring ini sangat menyiksa mentalnya. Dosennya memberinya seabrek tugas setiap hari. Notifikasi Google Class menjadi hal yang paling tidak ingin didengarnya. Dia menjadi sangat kelelahan setiap harinya sehingga dia merasa motivasi untuk mengerjakan tugas menghilang. Aku pun pernah berada di posisi itu. Suatu hari, ada tugas yang sangat sulit aku kerjakan lewat handphone karena aku belum punya laptop, tidak ada teman yang bisa aku pinjami personal computer-nya, dan keadaan tidak mengijinkan aku pergi ke warnet. Mengerjakannya terasa sangat melelahkan karena selama dua jam pengerjaan pun progresnya kira-kira hanya naik 0,5-1% saja. Aku sangat stres, aku mengeluh terus-menerus, “kapan tugas ini bisa aku selesaikan kalau caranya seperti ini? Padahal deadline-nya besok”. Lama-kelamaan aku menghabiskan waktu dengan duduk melamun. Motivasiku untuk mengerjakan tugas itu rasanya menyurut.
Dalam buku Smarter Faster Better, tepatnya pada bab terakhir, sang penulis pun sempat merasakan surutnya motivasi karena saking lelahnya dia dengan tugas-tugas yang ada. Namun, ketika dia menceritakan hal itu kepada editornya, balasan yang diterimanya merupakan apa yang selama ini sudah jelas baginya: mengambil apa yang telah dia pelajari dari para pakar dan menerapkannya dalam kehidupannya.
Motivasi menjadi lebih mudah sewaktu kita mengubah suatu tugas menjadi pilihan. Melakukan hal itu memberi kita perasaan memegang kendali. Jenderal Krulak telah memberi tahu satu hal yang besar, “sebagian besar rekrutan tidak tahu bagaimana mereka memaksa diri sendiri memulai sesuatu yang sulit. Namun bila kita bisa melatih mereka untuk mengambil langkah pertama dengan melakukan sesuatu yang membuat mereka merasa memegang kendali, akan lebih mudah untuk melanjutkan. Untuk permasalahan tugasku, dalam kasus itu saya tidak merasa memegang kendali karena tugas yang aku terima benar-benar berada di luar kemampuanku bila tugas itu harus diselesaikan esok hari karena aku punya jadwal kuliah lain dan kegiatan lain seperti mengasuh adikku atau membantu ibuku masak atau mengerjakan tugas kuliah yang lain, belum lagi keterbatasan peralatan yang aku miliki. Akhirnya aku segera menghubungi dosen yang bersangkutan untuk mengajukan peringanan tugas dengan menyertakan alasan-alasanku. Alhamdulillah, dosenku sangat pengertian. Beliau menyetujuinya dan memberikanku alternatif tugas yang lebih mudah. Namun, yang jadi permasalahan berikutnya adalah aku belum cukup termotivasi untuk memulainya dan malah menonton film. Seketika aku merenung, hal yang aku kerjakan saat itu tidaklah berarti buatku dan tidak ada hubungannya dengan tujuanku. Sebaliknya, ada begitu banyak alasan kuat agar aku segera mengerjakan tugas kuliahku. Mengerjakannya adalah hal yang sangat berarti bagiku dan kehidupan sekarang maupun masa depan. Seperti kata buku, motivasi diri menjadi lebih mudah ketika kita memandang pilihan sebagai penegasan nilai-nilai dan tujuan-tujuan kita yang lebih dalam. Setelah aku berkomitmen untuk mengerjakannya dan menjauhkan segala pengalih perhatian, aku menyadari bahwa yang tersulit memanglah mengawali suatu hal yang kuanggap sulit. Namun ketika aku sudah terbenam di dalamnya, rasanya segala hal menjadi berjalan secara otomatis.
UNTUK MEMBANGKITKAN MOTIVASI:
1. Buat pilihan yang menjadikan Anda memegang kendali. Bila Anda membalas surat elektronik, tulislah kalimat awal yang menyampaikan pendapat atau keputusan Anda. Bila Anda harus melakukan percakapan yang sulit, tentukan sebelumnya di mana percakapan itu akan dilangsungkan. Pilihan apa tepatnya yang diambil itu sebenarnya kalah berarti dibandingkan penegasan kendali dalam memicu motivasi.
2. Cari tahu bagaimana tugas itu terhubung dengan sesuatu yang penting bagi Anda. Jelaskan kepada diri sendiri mengapa tugas itu akan membuat Anda semakin dekat dengan tujuan yang bermakna. Jelaskan mengapa tugas itu penting dan kemudian, Anda pun akan mendapati hal tersebut lebih mudah untuk diawali.
Tapi, hanya mencari tahu bagaimana memotivasi diri belumlah cukup. Apalagi untuk tujuan-tujuan besar yang terkadang sulit pada awalnya untuk membayangkannya secara utuh. Dalam mencoba mencari tahu bagaimana memusatkan pikiran pada tujuan itu, ada dua pelajaran besar yaitu membuat dua macam tujuan:
• Tujuan regang, sesuatu yang menyulut ambisi-ambisi besar
• Tujuan SMART, guna menyusun rencana yang konkret
Salah satu cara paling efektif untuk merumuskan kedua tujuan , menurut para ahli, adalah melalui daftar spesifik pekerjaan yang harus dilakukan. Kamu harus menuliskan tujuan-tujuanmu dalam cara yang memaksamu mengenali sasaran-sasaran regangmu dan target-target SMART-mu. Tulislah sejumlah daftar pekerjaan yang harus dilakukan, dan di bagian atas setiap daftar, tulislah ambisi besarmu, apa yang ingin kamu capai dalam jangka panjang. Kemudian di bawah ambisi besar, jabarkan sub tujuan dan semua komponen SMART-nya, yang akan memaksamu menyusun rencana yang akan menjadikan tujuanmu lebih mungkin tercapai.
UNTUK MENENTUKAN TUJUAN:
1. Pikirkan satu tujuan regang: ambisi yang mencerminkan aspirasi-aspirasi terbesar Anda.
2. Kemudian, pecah tujuan itu menjadi sejumlah bagian dan kembangkan sasaran-sasaran SMART.
Dalam kehidupan nyata, pasti akan selalu ada hal-hal yang mengalihkan perhatian-perhatian dan tuntutan-tuntutan lain yang bersaing memperebutkan perhatian. Maka, selain memiliki rencana, kamu pun perlu berusaha mempertahankan fokusmu. Suatu wawasan kunci yang ada dalam buku Smarter Faster Better adalah kita membantu fokus kita dengan membangun model-model mental, dengan menceritakan kisah-kisah kepada diri sendiri tentang apa yang kita harapkan akan kita lihat. Untuk memastikan diri agar tetap fokus ke tujuan-tujuan regang dan SMART, kamu harus membayangkan apa yang kamu harapkan terjadi ketika kamu mulai mengerjakan salah satu rencanamu. Maka, kamu akan mempunyai sebuah gambaran di kepalamu mengenai bagaimana rencana itu seharusnya berlangsung, sehingga pilihan-pilihan yang membentuk fokus pun menjadi jauh lebih mudah.
AGAR TETAP FOKUS:
1. Bayangkan apa yang akan terjadi. Apa yang akan terjadi lebih dahulu? Apa halangan-halangan yang mungkin muncul? Bagaimana mencegahnya? Menuturkan cerita tentang apa yang Anda harapkan akan terjadi mempermudah pengambilan keputusan kemana seharusnya fokus Anda terarah ketika rencana Anda sedang dijalankan.
Terlepas dari tiga hal di atas, seringkali terjadi sesuatu yang membuyarkan rencana-rencana yang telah tersusun baik. Terkadang masalah kecil, terkadang masalah besar. Jadi, bagaimana seharusnya kita membuat keputusan ketika dihadapkan dengan hal yang tak terduga? Berpikir secara probabilistik. Bayangkan banyak masa depan, dan kemudian paksa diri mencari tahu yang mana yang paling mungkin dan mengapa. Dengan memikirkan soal masa depan yang potensial, kamu menjadi lebih siap mempengaruhi masa depan mana yang akan benar-benar terjadi. Dengan mengantisipasi masa depan, kamu menjadi lebih siap untuk mengambil keputusan yang lebih bijak. Namun, keputusan-keputusan yang lebih besar membutuhkan analisis yang lebih banyak. Maka gunakanlah psikologi Bayesan untuk membantumu membayangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi dari berbagai bingkai pikiran.
Yang terpenting adalah kamu mengambil keputusan itu dengan sengaja dan telah mengantisipasi berbagai kemungkinan tentang apa yang bisa terjadi.
UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG LEBIH BAIK:
1. Bayangkan banyak kemungkinan masa depan. Dengan mendorong nilai diri membayangkan berbagai kemungkinan–sebagian di antaranya mungkin saling bertolak belakang sehingga Anda lebih siap untuk mengambil keputusan yang bijak.
2. Kita dapat mengasah naluri Bayesan kita dengan mencari-cari pengalaman dan sudut pandang berbeda, serta gagasan-gagasan orang lain. Dengan mencari informasi dan kemudian membiarkan diri merenungkannya, pilihan yang kita punya pun menjadi lebih jelas.
Apendiks ini merupakan gambaran umum ringkas dari beberapa konsep kunci yang bermakna dari kehidupan sehar-hari. Masing-masing area produktivitas itu juga memiliki wawasan tersendiri:
AGAR TIM LEBIH EFEKTIF:
1. Kelola bagaimana bukan siapa dalam tim. Keamanan psikologis muncul ketika setiap orang merasa mereka bisa berbicara secara kurang-lebih sama banyak dan ketika rekan-rekan tim menunjukkan mereka peka terhadap perasaan satu sama lain.
2. Bila Anda memimpin tim, pikirkan tentang pesan yang disampaikan oleh pilihan-pilihan Anda. Apakah Anda mendorong kesetaraan dalam berbicara, atau menghargai yang suaranya paling nyaring? Apakah Anda menunjukkan kalau Anda mendengarkan dengan cara mengulangi apa yang orang lain katakan dan menjawab pertanyaan serta pemikiran mereka? Apakah Anda mencontohkan kepekaan dengan bereaksi ketika seseorang tampak sedih atau bingung? Apakan Anda menunjukkan kepekaan itu agar orang lain mengikuti teladan Anda?
UNTUK MENGELOLA ORANG LAIN SECARA PRODUKTIF:
1. Teknik-teknik manajemen ramping dan gesit memberitahu kita bahwa pegawai bekerja secara lebih cerdas dan lebih baik sewaktu mereka percaya mereka memiliki lebih banyak kewenangan dalam pengambilan keputusan dan ketika mereka percaya kolega-kolega mereka berkomitmen demi keberhasilan bersama.
2. Dengan memberi wewenang pengambilan keputusan ke siapa pun yang paling dekat dengan suatu masalah, manajer memanfaatkan kepakaran seseorang dan memicu inovasi.
3. Rasa memegang kendali dapat mendongkrak motivasi, namun agar dorongan itu menghasilkan wawasan dan solusi, orang-orang perlu tahu bahwa saran mereka tidak akan diabaikan dan bahwa kesalahan-kesalahan mereka tidak akan digunakan untuk menyulitkan mereka.
UNTUK MENDORONG INOVASI:
1. Kreativitas kerap kali muncul dari kombinasi gagasan-gagasan lama dengan cara-cara baru–dan “perantara inovasi” adalah kuncinya. Agar menjadi perantara dan mendorong orang lain menjadi perantara dalam organisasi Anda:
• Pekalah terhadap pengalaman-pengalaman Anda sendiri.
• Sadarilah bahwa stres yang muncul dalam proses kreatif bukanlah pertanda bahwa segala sesuatunya berantakan.
• Terakhir, ingatlah bahwa rasa lega yang menyertai terobosan kreatif, meskipun manis, juga dapat membutakan kita terhadap alternatif-alternatif yang ada.
AGAR MENYERAP DATA LEBIH BAIK:
1. Sewaktu kita menjumpai inovasi baru, kita harus memaksa diri mepakukan sesuatu dengannya. Tuliskan catatan untuk diri sendiri yang menjelaskan tentang apa yang baru saja Anda pelajari, atau carilah cara kecil untuk menguji suatu gagasan, atau buat grafik dari serangkaian titik data di atas selembar kertas, atau paksa diri menjelaskan suatu gagasan kepada seorang teman. Setiap pilihan yang kita buat dalam kehidupam adalah percobaan–kuncinya adalah membuat diri sendiri melihat data yang tertanam dalam keputusan-keputusan itu, dan kemudian menggunakannya dengan suatu cara agar kita belajar darinya.
Produktivitas adalah perkara mengenali pilihan yang seringkali luput dari perhatian orang lain. Produktivitas adalah tentang membuat keputusan-keputusan tertentu dengan cara-cara tertentu. Kita semua bisa menjadi lebih produktif. Sekarang kamu tahu bagaimana harus memulainya.
Komentar
Posting Komentar