KEBOHONGAN 6: Besar Itu Buruk

Besar sama dengan buruk adalah kebohongan.

Besar dan buruk tidak pernah saling berhubungan seperti halnya kecil dan baik. Boleh jadi ini merupakan kebohongan yang paling besar, sebab jika kamu takut meraih kesuksesan besar, kamu akan menghindarinya dan menggagalkan upaya-upayamu untuk mencapainya. Hubungkan besar dengan keberhasilan, pasti yang pertama terpikir adalah rumit, sulit, dan menguras waktu. Kita terlalu takut dengan yang akan terjadi, kita merasa kewalahan dan terancam. Hanya membayangkannya saja kita sudah merasa takut saat mencoba tapi gagal. Itu memupuk ketidaknyamanan terhadap gagasan yang terkait dengan istilah besar. Kita mungkin boleh menyebutnya megafobia – ketakutan tidak rasional tentang hal-hal besar.

Ketika kita menyakini besar itu buruk, pola pikir kecil menguasai hari-hari kita dan sesuatu yang besar tidak akan pernah mendatangi kita. Padahal kita tidak pernah tahu batasan diri kita sesungguhnya, benarkah kita tidak dapat menghadapi yang besar itu?
Tidak ada di antara kita yang tahu batas-batas kita.
Tidak seorang pun mengetahui batas tertinggi prestasi mereka, mencemaskan hal itu sama dengan memboroskan waktu. Seandainya seseorang bertanya mengenai batasanmu, mana yang kamu pilih? Batas yang terendah atau batas yang tertinggi? Kita tahu jawabannya–memilih yang besar. Mengapa? Karena kamu tidak ingin membatasi diri sendiri.
Ketika kamu membiarkan diri menerima bahwa kamu ingin menjadi besar, kamu memandangnya secara berbeda.
Dalam konteks ini, besar adalah sebuah kotak kosong tempat menaruh hal-hal yang disebut lompatan kemungkinan. Besar terkait dengan gagassan-gagasan besar yang mungkin mengancam zona-zona nyamanmu tetapi sekaligus mencerminkan peluang-peluang terbesarmu. Percaya terhadap hal-hal besar membebaskanmu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbeda, mengambil lintasan-lintasan berbeda, dan mencoba hal-hal baru. Ini membuka pintu-pintu ke kemungkinan-kemungkinan yang sampai sekarang hanya tersimpan dalam dirimu.

Berpikir besar penting sekali untuk mendapatkan hasil-hasil besar. Kesuksesan memerlukan aksi, dan aksi memerlukan kemampuan berpikir. Namun, aksi-aksi yang berkembang menjadi papan loncatan menuju ke kesuksesan besar hanyalah aksi-aksi yang diawali dengan pemikiran besar. Renungkanlah hubungan ini.
Setiap tingkat pencapaian memerlukan kombinasi tersendiri untuk apa yang kamu kerjakan, caramu mengerjakan, dan dengan siapa kamu mengerjakannya. Jika kamu belajar mengerjakan sesuatu dengan suatu cara, dan dengan sejumlah hubungan, itu mungkin baik sampai kamu ingin meraih lebih dari itu. Saat itulah kamu akan menemukan bahwa kamu telah menciptakan sebuah plafon prestasi yang palsu bagi diri sendiri yang mungkin terlalu sulit untuk ditembus. Akibatnya, kamu melepaskannya ketika ada sebuah cara sederhana untuk menghindarinya. Berpikirlah sebesar mungkin dan gunakan itu sebagai dasar untuk yang kamu kerjakan, bagaimana kamu mengerjakannya, dan siapa yang kamu ajak untuk sukses di tingkat tersebut.
Ukuran besar memberi kamu peluang terbaik untuk hasil-hasil yang istimewa sekarang dan di masa mendatang. Ketika Arthur Guinness mendirikan pabrik birnya yang pertama, ia menandatangani perjanjian selama 9000 tahun. Ketika J.K. Rowling mengarang Harry Potter, ia berpikir besar dan membayangkan tujuh tahun di Hogwarts sebelum menulis bab pertama pada ketujuh buku pertamanya. Sebelum Sam Walton membuka Wal-Mart pertamanya, ia membayangkan sebuah bisnis yang begitu besar sehingga ia merasa perlu memikirkan rencana bangunan tokonya di masa mendatang untuk meminimalkan pajak warisan yang harus dibayar, dan berhasil menyelamatkan keluarganya dari pajak bumi dan bangunan yang bisa sekitar 11 hinggal 13 miliar dolar lebih mahal.
Berpikir besar tidak hanya untuk perkara bisnis. Candace Lightner memulai kampanye kaum ibu yang menentang mengemudi sambil mabuk (Mothers Against Drunk Driving) dan telah menyelamatkan lebih dari 300.000 nyawa. Sebagai seorang anak enam tahun pada 1998, Ryan Hreljac terilhami oleh cerita-cerita gurunya untuk membantu menghadirkan air bersih ke Afrika, dan saat ini sudah membantu lebih dari 750.000 orang di 16 negara. Derreck Kayongo mendirikan Global Soap Project pada 2009 yang telah menyediakan lebih dari 250.000 batang sabun di 21 negara, membantu memerangi mortalitas anak dengan memberi kesempatan kepada kaum miskin untuk membasuh tangan mereka dengan sabun.

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan besar bisa membuat orang gentar. Sasaran-sasaran besar bisa terkesan mustahil diraih pada awalnya. Namun, seberapa sering kamu mulai mengerjakan sesuatu yang tampak sangat sulit pada suatu waktu, dan menyadari bahwa hal itu lebih mudah dari yang kamu duga? Menjadi besar memerlukan pertumbuhan, dan pada saat kamu tiba di sana, kamu pun besar! Namun pertumbuhan untuk mejadi besar tentunya membutuhkan biaya yang setimpal, transaksi yang besar.
Psikolog Stanford Carol S. Dweck membuktikannya dalam karyanya terhadap anak tentang pola pikir "tumbuh" yang umumnya berpikir besar dan mencari pertumbuhan dan pola pikir “tetap” yang memasang batas-batas palsu dan menghindari kegagalan. Dweck menunjukkan bawa pola pikir dapat berubah, seperti kebiasaan lain manapun, pilih pola pikir baru sampai ia menjadi sesuatu yang rutin. Menerapkan pola pikir besar memang cukup sulit tapi setidaknya sekarang kamu tahu cara mendapatkannya.

Besar berarti dahsyat, hasil-hasil luar biasa, dan istimewa. Jangan takut pada hal-hal besar. Jangan takut menjadi besar. Keberanian bukan berarti tidak ada rasa takut, melainkan upaya untuk melewatinya. Berpikir besar juga bukan berarti tidak adanya keraguan, melainkan upaya untuk melewatinya. Pemikiran kecil memangkas kehidupanmu menjadi lebih kecil. Hanya hidup secara besar yang akan memberimu pengalaman menjalani kehidupan dan potensi kerjamu yang sejati.

Komentar

Popular Posts

Aku jadi MABA di 2019 masuk Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) jalur UMPN | I Found A New Way

Distraction, I can't handle my self

Review Film Hotaru No Haka - Novi Irfania