Inovasi dan Keputusan Kreatif

“Bila proses kreatifnya sudah benar, inovasi pun bisa menjadi lebih cepat”.


Inovasi sangatlah berkaitan dengam kreativitas seseorang. Metode Jerry Robins pada tahun 1949, yaitu menulis naskah teaternya untuk memulai proses kreatif dengan mengambil gagasan-gagasan konvensional telah terbukti dari situasi yang berbeda dan menggabungkan semuanya dalam cara-cara yang baru sangatlah efektif. Itu adalah taktik yang telah digunakan oleh berbagai macam orang untuk menyulut keberhasilan kreatif.

Pada tahun 2011, dua orang profesor sekolah bisnis Northwestern University, Brian Uzzi dan Ben Jones mulai mengkaji bagaimana kombinasi semacam itu terjadi dalam penelitian sains. “Kombinasi bahan yang sudah ada dalah bagian utama dalam teori kreativitas, entah itu di bidang seni, sains, ataupun inovasi komersial,” tulis mereka dalam Jurnal Science 2013. Para peneliti pun heran, mengapa sejumlah orang jauh lebih baik mengambil gagasan lama dan menumpukkannya dengan cara yang baru? 
Kemudian mereka mengadakan penelitian terhadap penulisan makalah dengan mengevaluasi 17,9 juta makalah dan mengkaji beberapa gagasan yang dikandung di setiap penelitian. Mereka menemukan bahwa semua makalah kreatif memiliki satu kesamaan, yaitu makalah itu biasanya merupakan kombinasi gagasan-gagasan yang sebelumnya sudah dikenal namun dicampur dengan cara-cara yang baru. Bahkan rata-rata, 90% hal yamg ada dalam manuskrip paling kreatif sudah pernah diterbitkan sebelumnya dan telah dikutip oleh ribuan ilmuwan lain. Namun, dalam makalah-makalah kreatif, konsep-konsep konvensional itu diterapkan ke pertanyaan-pertanyaan dengan berbagai cara yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Contoh lain dalam sebuah perusahaan, kenyataannya mengambil konsep dari satu divisi perusahaan dan mengekspresikan gagasan tersebut lebih berkemungkinan kecil gagasannya ditolak karena gagasan-gagasan yang disanoaikan telah berhasil di tempat lain.
Namun, kemunculan kreativitas pun bisa terhambat. Salah satunya adalah ketika kita lupa memanfaatkan hidup kita, apa yang ada dalam kepala kita, sebagai bahan mentah. Kita akan menjadi kewalahan ketika hanya berusaha menggali semakin dalam dan semakin dalam hingga akhirnya kita menempatkab diri kita sendiri di layar. Hal ini berarti kita menjadikan pengalaman diri sendiri menjadi perantara kreatif. Metode ini patut kita pelajari karena menunjukkan satu cara bahwa siapapun dapat menjadi perantara gagasan. Kita semua punya naluri alami untuk mengabaikan emosi-emosi kita sebagai sumber kreatif. Namun sebagian kunci belajar menjadi perantara wawasan dari satu situasi ke situasi lain, bagaimana memisahkan yang riil dan yang klise adalah memberikan perhatian lebih kepada bagaimana berbagai hal menimbulkan perasaan dalam diri kita.

Orang menjadi perantara kreatif ketika mereka belajar memberikan perhatian kepada bagaimana berbagai hal membuat mereka bereaksi dan merasa. Dalam setiap kasus penemuan kreativitas, mereka seringkali berada dalam kondisi emosional. Kita lebih mungkin menyadari temuan-temuan yang tersembunyi dalam pengalaman-pengalaman kita sendiri ketika kebutuhan mendesak kita muncul, ketika kita panik atau frustasi muncul yang dapat menyebabkan kita menempatkan gagasan-gagasan lama pada situasi-situasi baru. Para ahli psikologi menyebutnya “keputusan kreatif”. Walaupun tentu tidak semua pemikiran kreatif lahir dari kepanikan, penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi kognitif, Gary Klein  mengindikasikan bahwa kira-kira 20% terobosan kreatif didahului oleh kecemasan yang mirip dengan stres. Pada suatu kasus, ketika para perantara inovasi menyatukan berbagai sudut pandang, sering kali terlepaslah energi kreatif yang ditingkatkan oleh sedikit ketegangan, dan ketegangan-ketegangan ini bisa menimbulkan kreativitas yang lebih besar, sebab segala konflik itu memicu pemikiran yang nyeleneh. Itu adalajh kemampuan melihat hal baru ketika kita dipaksa memandang satu gagasan dari sudut pandang orang lain. Namun ketika ketegangan itu menghilang, semua orang mulai memandang hal dengan cara yang sama dan melupakan semua pilihan yang mereka punya. Ini menunjukkan bahwa ketika gagasan berakar, gagasan-gagasan hebat terkadang menyingkirkan gagasan-gagasan pesaing sehingga tidak bisa ada alternatif. Maka terkadang cara terbaik menyulut kreativitas muncul kembali adalah dengan memberi gangguan secukupnya agar cahaya bisa hadir.

Kreativitas tidak dapat direduksi menjadi rumus. Kreativitas membutuhkan kebaruan, kejutan, dan unsur-unsur lain yang tidak bisa dirancang sejak awal agar tampak segar dan baru. Proses kreatif memang merupakan proses, sesuatu yang dapat diuraikan dan dijelaskan. Itu penting, sebab berarti siapapun dapat menjadi kreatif. Kita semua bisa menjadi perantara inovasi. Kita semua memiliki pengalaman dan perkakas, gangguan, dan ketegangan yang bisa menjadikan kita perantara, yaitu bila kita bersedia merangkul keputusasaan dan kekacauan itu dan mencoba memandang gagasan-gagasan lama kita dengan cara-cara yang baru.



Komentar

Popular Posts

Aku jadi MABA di 2019 masuk Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) jalur UMPN | I Found A New Way

Distraction, I can't handle my self

Review Film Hotaru No Haka - Novi Irfania